Peringatan Hari Ibu Telah Mengalami
Distorsi
Sabtu,
22/12/2012 - 14:23
JAKARTA, (PRLM).- Peringatan Hari Ibu telah mengalami
distorsi yang cukup jauh dari semangat awal diperingatinya 22 Desember sebagai
Hari Kebangkitan Perempuan. Oleh karena itu, perempuan Indonesia diajak untuk
memperingati 22 Desember dengan penuh semangat perjuangan.
Ketua Komisi IX DPR RI, dr. Ribka Tjiptaning, mengatakan hal
itu, di Jakarta, Sabtu (22/12). Ribka mengatakan bahwa saat ini banyak
masyarakat dan organisasi yang menggelar kegiatan untuk merayakan hari ini yang
terdistorsi, di antaranya yaitu merayakan Hari Ibu dengan seremoni seperti
lomba kebaya, bakti sosial, atau diskon untuk kaum ibu di pusat perbelanjaan.
Menurut dia, perayaan seremoni seperti itu sama saja dengan
menutup mata dan telinga kita terhadap bentuk kekerasan dan penindasan yang
dialami perempuan-perempuan kita. “Tenaga Kerja Wanita (TKW) kita yang bekerja
di negeri tetangga, mereka disiksa, diperkosa, dan dihisap untuk devisa
negara,” ujarnya.
Ribka menambahkan, sementara, berbagai organisasi wanita
kita asyik dengan kegiatan perkumpulan arisan, gosip disertai ajang pamer
perhiasannya. Di lain sisi, partai politik tampaknya masih minim memberikan
peluang bagi perempuan dalam kancah politik. Keterwakilan perempuan sebatas
mengisi kuota pelengkap dalam internal partai.
Lebih lanjut Ribka menjelaskan sejarah Hari Ibu itu sendiri
yang diawali pada tahun 1928 ketika Perempuan Indonesia mengadakan kongres ke-1
pada tanggal 22-25 Desember di Yogyakarta yang melahirkan beberapa keputusan
penting dalam sejarah perjuangan politik perempuan melawan penjajahan menuju
kemerdekaan NKRI.
Apa yang dicetuskan dalam pertemuan organisasi-organisasi
perempuan itu dilatarbelakangi oleh rasa ketidakadilan. Perempuan selalu
dibatasi dengan urusan rumah tangga semata, "Sumur-Dapur-Kasur". Pada
tahun 1950, pertama kalinya perempuan mendapatkan posisi menjadi menteri di
Kabinet Indonesia. Pada tahun 1959, Bung Karno menyatakan tanggal 22 Desember
sebagai hari "Kebangkitan Perempuan Indonesia dalam Politik".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar